Thursday, August 3, 2017
ISIS dan Israel Raya - Syeikh Imran N. Husein
Negara Islam atau Islamic State (IS) telah menjadi berita utama akhir-akhir ini karena kampanye terror mereka di Irak, yang mengakibatkan serangan udara Amerika Serikat (AS) di wilayah utara Irak.
Dari sumber-sumber di dalam bidang intelijen, ditemukan adanya hubungan erat antara dinas-dinas intelijen AS dengan IS. Mereka telah melatih, mempersenjatai dan mendanai IS selama bertahun-tahun. Di Tahun 2012, World Net Daily (surat kabar) menerima bocoran dari dinas intelijen Jordania bahwa militer AS sedang melatih ISIL (nama ISIS sebelumnya) di Jordania, sebelum mereka diterjunkan dalam kampanye militer untuk menurunkan Bashar Al Assad di Suriah.
Francis Boyle, seorang professor di Universitas Illinois mengatakan, “operasi khusus dinas intelijen” yang bertujuan untuk “menghancurkan Irak sebagai negara”. Strategi yang dipraktekkan di Timur Tengah adalah penciptaan keadaan dan kondisi yang tidak stabil untuk menerapkan “kehancuran berjenjang”, dimana negara-negara di Timur Tengah dapat dihancurkan untuk menggambar ulang garis-garis perbatasan mereka.
IS menjadi pretext untuk menghancurkan Irak sekali lagi, dengan intervensi militer AS, mereka dapat menguasai tambang minyak di Erbil Irak ke dalam genggaman korporasi multinasional Zionist, walaupun keadaan yang terlihat di lapangan adalah organisasi jihadist yang tercerai berai tak terkendali.
Hal ini juga menyediakan alasan bagi Inggris dan Perancis untuk dapat melakukan intervensi dalam rangka mengokohkan negara Kurdi di Utara untuk mengamankan jalur distribusi minyak (pipa minyak) ke Eropa.
Sebagai Ketua dari Komisi Hubungan Luar Negeri (CFR) dan mantan dari Ketua Perencanaan Kebijakan Luar Negeri, Richard Hass, menulis dalam Op Ed for Project Syndicate satu bulan yang lalu; “Sekarang sudah saatnya untuk menerima keadaan yang tidak dapat dibantah mengenai pecahnya Irak, dan kemudian mengukuhkan negara Kurdistan di dalam wilayah Irak.”
Kebijakan di Irak adalah untuk memecah negara itu menjadi tiga, berdasarkan referensi agama, yaitu, Negara Syiah di Timur, Negara Sunni di Barat, dan Negara Kurdistan di Utara.
Kebijakan pemecahan Irak menjadi tiga ini ditulis oleh seorang jurnalis yang memiliki hubungan dekat dengan Kementrian Luar Negeri Israel-Oded Yinon, di dalam sebuah artikel berjudul: “Strategi Israel di Tahun 80-an”.
Yinon memaparkan rencana Israel Raya dan menyatakan bahwa Irak menjadi penghalang bagi Israel Raya dalam meluaskan dominasi teritorialnya di Timur Tengah (download link tercantu di bawah artikel ini): “Irak yang kaya minyak di satu sisi, dan sangat terpecah di sisi lain, adalah kandidat utama bagi sasaran Israel.
Pemecahannya lebih penting bagi kita ketimbang pemecahan Suriah. Irak lebih kuat dari Suriah. Di dalam jangka pendek, kekuatan Irak menjadi ancaman untuk Israel.
Pemecahan Irak dan Suriah menjadi negara-negara kecil berbasis sekte-sekte Islam menjadi sasaran Israel di front timur dalam jangka panjang, dan penghancuran kekuatan militer Suriah dan Irak adalah sasaran Israel dalam jangka pendek.” Yinon melanjutkan: “Pemecahan Irak berdasarkan sektarian agama seperti di Suriah pada masa Ottoman sangatlah memungkinkan.
Tiga atau empat negara dapat diciptakan disekitar tiga kota besar: Basra, Baghdad, dan Mosul, dan wilayah Syiah di Selatan akan terpisahkan dari wilayah Sunni dan Kurdi di Utara.” Israel adalah ciptaan Aliansi Anglo Amerika atau Aliansi Yahudi Nasrani Eropa (Zionist) di Tahun 1948, sehingga perluasan wilayah Israel adalah untuk menjadikannya adikuasa mewakili kekuatan Anglo Amerika.
Arthur James Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris dari Tahun 1916 sampai 1919, perancang dari “Deklarasi Balfour”, yang menyatakan kesediaan Inggris dalam membuat negara Israel di Palestina, adalah seorang anggota dari Grup Milner, menurut sejarawan CFR Carrol Quigley di dalam bukunya, Anglo-American Establishment.
Grup Milner adalah penerus dari Royal Institute of International Affairs (RIIA) atau Chatham House; perpanjangan tangan dari CFR Inggris, dimana kedua organisasi tersebut adalah otak pembuat Imperium Global Anglo Amerika yang kini dilanjutkan oleh CFR AS.
oleh Angkoso Nugroho
File berbahasa inggris bisa didownload di melalui link berikut : Download
Tulisan ini aslinya berupa file pdf yang diambil dari kampungmuslim.org