Umat Islam di Indonesia harusnya bersyukur memiliki Buya Yahya dan Ustad Abdul Somad. Ulama seperti merekalah yang dibutuhkan oleh umat islam di negeri ini, selain karena keluasan ilmu yang dimilikinya, yang paling utama adalah, dakwah mereka yang menyejukkan, mengajak kepada persatuan dan dialog terbuka jika terjadi perbedaan faham yang bisa membingungkan umat.
Kita tidak bisa sembunyikan, akhir-akhir ini, banyak sekali ustad muda yang muncul, terutuama melalui media internet, tapi bukannya menyejukkan dan mengajak kepada persatuan, malah sebaliknya, umat islam diajak saling curiga, saling membenci saudara mereka sendiri, dengan mebid'ah-bid'ahkan, bahkan tak segan mengkafir-kafirkan.
Semoga semakin banyak dari kita yang bisa mengambil pelajaran dari beliau berdua, baik dengan mengikuti kajian ceramah secara langsung maupun melalui media internet saat ini.
Buya yahya dan Ustad Abdul somad merupakan ulama yang menganut Mazhab syafi'i, seperti sebagian besar umat islam diindonesia. Sehingga dakwah mereka sangat diterima oleh masyarakat, tapi saat menyampikan suatu materi ceramah, mereka selalu menyampaikan pendapat dari masing-masing mazhab, tentunya dengan tujuan, agar tertanam sifat toleransi pada diri umat terhadap pemahaman yang berbeda.
Bagi yang belum membaca biografi kedua ulama ini, silahkan anda baca terlebih dahulu melalui link berikut ini:
Video Tabligh Akbar Ustad Abdul Somad
Menurut pandangan kami pribadi, perpecahan dikalangan umat islam khususnya di Indonesia saat ini, diakibatkan oleh sebagian golongan yang menolak bermazhab. Mereka memang bukan anti mazhab, karena mereka juga masih mengambil pendapat-pendapat lintas mazhab yang mereka anggap paling sahih dan paling cocok dengan mereka.
Barangkali kali ini bukanlah sebuah kesalahan, tetapi kami melihat, kebanyakan mereka ini akhirnya cenderung lebih dekat ke golongan orang-orang yang kami sebutkan diatas, yakni golongan yang suka membidah-bidahkan, dan ringan lidah mengkafir-kafirkan.
Tentu saja persatuan umat islam tidak mungkin dicapai dengan faham-faham seperti ini. Karna mustahil bersama sama rata, jika salah satunya menganggap diri paling suci, sahih paling mulia.
Masalah perpecahan ini juga secara tidak langsung menyita waktu dan energi para ulama kita, untuk menjawab tuduhan dan pertanyaan yang meyudutkan amalan-amalan yang pada dasarnya sasam-sama memiliki landasan kuat.
Sering sekali pada beberapa kesempatn Buya yahya dalam menanggapi sebuah perbedaan yang dimunculkan sebuah pihak mengatakan bahwa, pembahasan masalah tersebut telah selesai dan tuntas dibahas oleh para ulama, bahkan jauh sebelum islam masuk ke nusantara ini.
Janganlah sebuah khilaf diantara para ulama dimuncul-munculkan, perbedaan diantara mazhab kembali didiskusikan, karena semua sudah tuntas dibahas.
Kami pribadi berpesan kepada diri, dan semua saudara kami yang membaca tulisan ini, ketika kita merasa telah mengikuti ulama yang paling salaf, ketika kita sudah merasa maksimal menjalankan Al-Quran dan Sunnah Nabi, jangan lantas menuduh saudara yang lain dengan tuduhan merendahkan, kita semakin gemar mebidahkan, gemar menyesatkan, ringan lidah mengkafir-kafirkan. Kalaupun disana ada yang keliru, janganlah kita menyebut nama dan golongan, karna inilah pangkal perpecahan.
Kami mengatakan ini, bukan berarti kami juga memaksa kita harus sama, harus satu suara. Tujuan kami adalah untuk saling mengajak menghormati sebuah perbedaan, selama akidah masih sama, masalah cabang janganlah kita pertentangkan. Karna musuh yang lebih nyata dan berbahaya, ada didepan, belakang, di kiri kanan kita.
Kami pribadi berpesan kepada diri, dan semua saudara kami yang membaca tulisan ini, ketika kita merasa telah mengikuti ulama yang paling salaf, ketika kita sudah merasa maksimal menjalankan Al-Quran dan Sunnah Nabi, jangan lantas menuduh saudara yang lain dengan tuduhan merendahkan, kita semakin gemar mebidahkan, gemar menyesatkan, ringan lidah mengkafir-kafirkan. Kalaupun disana ada yang keliru, janganlah kita menyebut nama dan golongan, karna inilah pangkal perpecahan.
Kami mengatakan ini, bukan berarti kami juga memaksa kita harus sama, harus satu suara. Tujuan kami adalah untuk saling mengajak menghormati sebuah perbedaan, selama akidah masih sama, masalah cabang janganlah kita pertentangkan. Karna musuh yang lebih nyata dan berbahaya, ada didepan, belakang, di kiri kanan kita.