Alhamdulillah kembali saya berkesemapatan melanjutkan seri postingan Kitab Mukaasyafatul Qulub, kali ini pembahasan Bab 25. Antara Zakat dan Kikir. Semoga bermanfaat.
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sesungguhnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. (QS. Ali Imran : 180).
Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. Fushilat : 6-7)
Allah swt. menamakan mereka dengan sebutan sebagai orang musrik.
Rasululullah saw. bersabda : " Tidaklah ada seseorang yang tidak mengeluarkan zakat dari harta bendanya, kecuali dibuatkan untuknya seekor ular yang besar yang ganas dan berkepala botak, kelak di hari kiamat, ular itu akan dikaluingkan di lehernya."
Lihat juga bab yang lain dari terjemahan kitab Mukaasyafatul Qulub memalui link berikut ini : Terjemahan Kitab Mukaasyafatul Qulub.
Rasulullah saw. bersabda : Wahai kaum muhajirin, lima hal buruk akan menimpa kalian, sebagai akibat dari terjadinya lima hal, maka berlindunglah kepada Allah agar Anda tidak mendapatinya, yaitu:
- Tidaklah kekejian atau perzinahan menjadi hal yang biasa bagi suatu kaum, bahkan mereka melakukan dan mengungkapkannya secara terang-terangan, tanpa merasa rikuh, kecuali akan tersebar pada mereka penyakit-penyakit mengejutkan yang belum pernah ada sebelumnya.
- Tidaklah mereka mengurangi takaran atau timbangan kecuali akan ditimpa oleh krisis ekonomi, beratnya biaya hidup dan dipimpin oleh penguasa yang durhaka.
- Tidaklah mereka enggan mengeluarkan zakat dari harta benda mereka, melainkan Allah akan menahan hujan dari langit. Seandainya bukan karna binatang ternak, tentu mereka tidak akan terkena hujan.
- Tidaklah mereka merusak perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh dari kalangan lain, lalu dirampas sebagaian apa yang mereka miliki dan kuasai.
- Selama pemimpin mereka tidak melakukan ketetapan hukum dari kitab Allah, melainkan Allah akan menciptakan kegelisahan dan tragedi-tragedi di kalangan mereka.
Nabi saw. bersabda : " Allah bersumpah bahwa orang yang bakhil tidak akan masuk syurga." Beliau juga bersabda : " Takutlah anda kepada kekikiran, karna kekikiran sebagai pengajak suatu kaum enggan untuk mengeluarkan zakat, mengajak mereka untuk memutuskan hubungan kekeluargaan dan menyeret mereka kepada pertumpahan darah." Nabi saw. bersabda : " Allah menciptakan kehinaan yang terlaknat, lalu meliputinya dengan kekikiran dan harta."
Ketika Hasan ditanya tentang bakhil, ia menjawab : "Kebakhilan itu, jika seseorang melihat harta yang diinfakkan sebagai sebagai sesuatu kemusnahan dan apa yang ditahannya sebagai kemuliaan."
Sumber kebakhilan adalah cinta harta dan panjang angan-angan, ketakutan pada fakir dan kecintaan kepada anak. Diriwayatkan suatau hadis : " Karena anak seseorang dapat menjadi pengecut dan bakhil. Sebagian manusia ada yang tidak memiliki toleransi dengan mengeluarkan zakat hartanya dan tidak pula berbuat ihsan terhadap diri dan keluarganya. Ia hanya merasa lezat dan senang bila melihat dinar-dinar itu berada di dalam genggamannya " Padahal Dia tahu bahwa kematian akan datang menjemputnya.
Seorang penyair memberikan gambaran tentang sifat orang yang bakhil:
Wahai saudaraku, diantara yang jantan terdapat binatang yang bentuk rupa seperti seorang laik-laki yang memiliki kecerdasan dan kecermatan pandangan.
Dia begitu cerdas menghadapi setiap musibah yang berkenaan dengan urusan harta bendanya, tapi apabila dengan urusan agamnya, ia merasa tidak tahu menahu.
Penyair lain mengatakan:
Kikir adalah penyakit yang menyebabkan penderitaan, karna ia tidak patut bagi orang yang memiliki harga diri, tidak pula bagi orang yang berakal dan bergama.
Barang siapa yang mengutamakan kebakhilan dari harta kekayaannya, maka aku bersumpah dengan umurku sebagai taruhannya, sungguh ia adalah orang yang benar-benar tertipu.
Penyair lain berkata :
Apabila harta benda tidak memberikan manfaat pada kawan dan tidak pula seorang kerabat merasakan bagiannya serta kebutuhan si miskin tak terpenuhi dengannya.
Maka harta kekayaan itu pada akhirnya hanya akan diwarisi oleh ahli waris, sementara si bakhil hanya akan mewarisi penyesalan pada akhirnya.
Bisyr berkata : Bertemu orang bakhil adalah kesedihan dan melihat padanya akan membuat hati menjadi keras membatu. Orang-orang arab saling mencaci maki sifat bakhil dan penakut.
Seorang penyair berkata :
Berinfaklah, janganlah Anda takut jatuh miskin, karena rizki para hamba telah ditentukan bagiannya oleh Tuhan yang maha pemurah.
Kebakhilan dan materialistik tidak akan bermanfaat, sementara kesanggupan untuk berinfak tidak akan membahayakan.
Penyair Lain berkata :
Aku melihat manusia terkasih adalah orang-orang dermawan, sementara aku tidak pernah melihat dialam semesta seorang terkasih dari orang bakhil.
Aku melihat kebakhilan telah membawa pelakunya pada kehinaan, maka aku menjadikan diriku sebagai orang yang bermurah hati, agar tidak dikatakan sebagai orang bakhil.
Orang yang bakhil itu cukup merana, ia telah mengumpulkan dan menumpuk-numpuk harta dari yang lainnya dengan kesanggupannya untuk menanggung kepedihan dan penderitaan. Dia tidak akan merasakan kenikmatan, kesenangan dan kebaikan hartanya. Waqi' mengilustrasikan orang semacam ini dalam bait-bait syairnya :
Orang yang terhina adalah orang yang mengumpulkan harta benda buat ahli warisnya, sementara dia sendiri enggan untuk memeliharanya.
Bagaikan anjing pemburu yang menangkap buruannya, sementara ia sendiri tidak memangsanya, hanya agar hasil buruannya dimakan oleh binatang lain.
Ada kata-kata hikmah yang begitu populer menyatakan, bahwa harta orang yang bakhil akan mengundang tragedi atau akan disambut gembira oleh ahli warisnya.
Abu Hanifah rahimahullah berkata : "Aku tidak pernah melihat keadilan dapat tegak di tangan orang yang bakhil. Karena kebakhilan akan mendorong seseorang untuk menguras habis, sehingga ia mengeksploitasi dan mengambil melebihi haknya, karena ia sangat ketakutan akan dirugikan. Orang yang demikian itu, tidak dapat dipercaya untuk memegang amanat."
Nabi Yahya pernah bertemu dengan iblis, lalu Ia bertanya : "Hai iblis beritahu aku tentang manusia yang paling Anda sukai, dan manusia yang paling anda benci." Iblis berkata : " Manusia yang paling aku sukai ialah orang mukmin yang bakhil, sementara manusia yang paling aku benci ialah orang fasik yang dermawan."
Yahya bertanya kepadanya : "Mengapa?" Iblis Menjawab : " Karena kebakhilan orang yang bakhil itu telah cukup bagiku. Sementara orang fasik yang dermawan membuat aku cemas, kalau-kalau Allah melihat kedermawanannya, lalu Dia menerimanya."
Kemudian Iblis berpaling dan pergi, seraya berkata : " Seandainya Anda bukan Yahya, tentu aku tidak akan menginformasikan hal itu pada Anda."