Wednesday, November 11, 2015

BAB 71 KEUTAMAAN SHALAT BERJAMA’AH MQ


Sabda Rasulullah saw : “Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat

Keutamaan Shalat Berjamaah

Abu Hurairah ra. Meriwayatkan, sesungguhnya Nabi saw. Pernah kehilangan manusia (makmum) dalam shalat berjamaah. Lalu berliau bersabda “Sungguh aku bermaksud memerintahkan seorang laki-laki agar shalat (sebagai imam) dengan manusia. Kemudian aku sendiri akan pergi mencari orang-orang yang tertinggal (tidak mengikuti)nya, dan membakar rumah-rumah mereka.”



Di dalam sebuah riwayat lain : Kemudian aku keluar pergi menuju beberapa laki-laki yang tertinggal. Lalu aku perintahkan mereka membakar rumah-rumah dengan seikat kayu api. Seandainya seorangdari mereka mengetahui akan mendapatkan tulang bersamin (jenis makanan) dua buah kaki unta yang dibakar, tentu dia akan menghadirinya. “yakni shalat isya”

Tulisan Terkait:
  1. Terjemahan Kitab Mukaasyafatul Qulub. 
  2. Keutamaan Alquran Ilmu dan Ulama.
Usman ra. Berkata secara marfu’ : “barang siapa yang menghadiri shalat isya’ maka seakan-akan dia telah berdiri beribadah setengah malam, dan barang siapa yang menghadiri shalat subuh, seakan-akan dia berdiri bribadah sepanjang malam.”

Nabi saw. Bersabda: “barang siapa yang shalat berjamaah, maka benar-benar dia telah memnuhi kejelekannya dengan ibadah.”
Sa’id bin Al-Musayyab berkata : “Tidaklah azan seorang muazin sejak dua puluh tahun, kecuali aku sudah sedang berada di masjid.





Muhammad bin wasi, berkata: “aku tidak mengizinkan dari dunia ini, kecuali tida hal. Seorang saudara yang kalau aku sedang bengkok dia meluruskan aku, tercukupinya rizki tanpa ada tuntutan, dan shalat berjamaah yang tidak pernah terlalaikan dan dicatat keutamaannya untukku.”

Diriwayakan bahwa sesungguhnya suatu saat, Abu Ubaidah bin Jarrah menjadi imam dari suatu kaum. Ketika selesai shalat ia berkata : “Tadi tidak henti-hentinya setan ada padaku, sehingga aku  melihat bahwa diriku lebih utama daripada selain aku, kemudian aku tidak lagi menjadi imam untuk selamanya.”

Al-Hasan berkata : “ Janganlah anda shalat di belakang laki-laki yang tidak hilir mudik (tidak berlajar) kepada Ulama” An-Nakha’a berkata: “Perumpamaan orang yang menjadi imam pada manusia dengan tanpa ilmu adala seperti orang yang menakar air di laut, tidak mengetahui lebih atau kurangnya.”

Hatim Al-Asham berkata: “Aku telah ketinggalan shalat berjamaah lalu Abu Ishaq Al-Bukhari berta’ziah mendatangiku seorang diri. Senadainya seorang anakku mati tentu yang berta’ziah padaku lebih dari sepuluh ribu orang, karna musibah dalam agama lebih ringan (sepela), menurut pandangan kebanyakan manusia, daripada musibah di Dunia.”

Abu Abbas ra. Berkata : “Barang siapa mendengar orang yang menundang shalat (muadzin) lalu dia tidak memnuhinya, maka dia tidak menghendaki kebaikan dan tidak dikehendaki kebaikan kepadanya.”

Abu Hurairah ra. Berkata : “sesungguhnya kalau telinga anak cucu adam dipenuhi dengan timah yang diluluhkan adalah lebih baik baginya daripada dia mendengar panggilan shalat, lalu dia tidak memenuhinya.” Diriwayatkkan, sesungguhnya ketika mainun bin Mahram dating disebuah masjid, lalu dikatakanlah kepadanya: “Sesungguhnya semua manusia (para jamaah) telah bubar (selesai).”

Dia berkata: “Innalillahi wa innailaihi raaji’ uun. Sesungguhnya keutamaan shalat berjamaah ini lebih aku cintainya daripada menguasai Iraq.”

Nabi Muhammad saw. Bersabda : “Barang siapa yang mengerjakan shalat berjamaah selama empat puluh hari, tanpa pernah tertinggal dari takbiratul ihram (bersama imam) dalam shalat-shalat itu, maka Allah swt. Menulis dua kebebasan, kebebasan dari kemunafikan dan kebebasan dari api neraka.”



Dikatakan: “ Sesungguhnya ketika dating hari kiamat ada sekelompok manusia dihimpun, sementara wajah-wajah mereka seperti bintang yang bercahaya. Para malaikat berkata kepada mereka : “apa yang menjadi amal-amal anda sekalian?”

Mereka berkata: “Ketika kami mendengar azan, segera berdiri untuk bersuci, dan kami tidak menyibukkan selain itu.” Kemudian sebagian lain dihimpun, wajah wajah mereka seperti bulan purnama.

Ketika ditanya mereka berkata : “Kami telah mengambil wudhu sebelum tiba waktu shalat.” Kemudian dihimpun lagi sebagian golongan yang wajah-wajah mereka seperti matahari. Mereka berkata : “Kami adalah golongan yang mendengarkan azan dimasjid.”

Diriwayatkan, sesungguhnya ulama salaf mengambil sikap berbela sungkawa selama tiga hari apabila mereka tertinggal takbir pertama (dalam shalat berjamaah), dan berbelasungkawa selama 7 hari apabila mreka tertinggal jamaah.