Sunday, November 22, 2015

BAB 2 TAKUT KEPADA ALLAH



Abu Laits brkata: “ Allah swt mempunyai malaikat-malaikat yang ada di Langit. Sejak mereka diciptakan, mereka selalu sujud kepada Allah swt sampai hari kiamat.” Rasa takut mereka akan menyalahi perintah Allah swt membuat persendian mereka menjadi gemetar.

Ketika hari kiamat tiba, mereka mengangkat kepala mereka seraya berkata: “Maha suci Engkau, rasanya kami belum mengabdi sepenuhnya kepada-Mu. “ Itulah maksud dari firman Allah swt. : “Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka, dan melaksanakan apa yang diperintahkan (Kepada Mereka) (QS. An-Nahk:50)

Maksudnya adalah mereka tidak pernah mendurhakai Allah swt barang sedikitpun walau hanya sekejab mata. Rasulullah saw bersabsa: “Ketika tubuh seseorang bergetar karena takut kepada Allah swt, maka dosa-dosanya menjadi berguguran, sebagaimana rontoknya dedaunan dari suatu pohon.




Lihat Pembahasan Bab 1 AL-KAHUF dalam kitab Mukaasyafatul Qulub
Daftar isi kitab Mukaasyafatul Qulub lihat di sini Terjemahan Kitab Mukaasyafatul Qulub

Takut Kepada Allah - Kitab Mukaasyafatul Qulub


Syahdan, ada seorang laki-laki yang hatinya tertambat pada seorang wanita berparas cantik. Suatu ketika wanita itu pergi untuk suatu keperluan, laki-laki tersebut ikut menyertainya. Sesampainya di Hutan keduanya selalu terjaga dan tak bisa tidur, sementara rombongan yang lain sudah terlelap dalam diturnya. Kesempatan itu digunakan si laki-laki untuk mengutarakan isi hatinya kepada wanita pujaan hatinyaitu.

Lalu si wanita berkata: “ Lihatlah pakah orang-orang itu sudah tertidur semua?” Mendengar ucapan wanita itu, hatinya menjadi berbunga-bunga, ia mengira bahwa wanita itu akan memenuhi harapan hasrat hatinya. Dia segera bangkit, mengintari rombongan kafilah, sorot matanya menatap ke sana kemari ke arah semua rombongan, ternyata semua orang sudah terlelap dalam tidurnya.

Lalu ia kembali kepada si wanita dan berkata: “Benar, semua orang telah tidur. “ Wanita itu kembali bertanya: “Bagaimana pendapatmu menganai Allah swt Apakah Dia Tidur?” Si laki-laki menjawab: “Sesungguhnya Allah senantiasa terjaga, Dia tidak mengantuk, tidak pula tidur." “Sesungguhnya Tuhan tidak mengantuk dan tidak pula tidur, Dia selalu melihat kita, sekalipun orang yang sudah tertidur itu tidak melihat kepada kita. Oleh sebab itu, Dia sepatutnya lebih ditakuti.” Kata wanita itu.

Akhirnya laki-laki itu menjadi sadar, lalu meninggalkan wanita itu, karena takut kepada Allah yang maha pencipta, dia kembali ke rumah dan bertaubat kepada Allah swt. Setelah meninggal dunia, orang-orang bermimpi melihatnya di dalam tidur. Dia ditanya: “ Bagaimana Allah memperlakukan Aanda?” Dia menjawab: “Allah swt telah mengampuniku, sebab ketakutanku kepada-Nya, dan karena aku meninggalkan rencana untuk berbuat dosa dengan wanita pujaan hatiku.”

Di dalam kitab Majami’ul Latha’if terdapat sebuah kisah bahwa pada zaman dahulu ada seorang ‘abid(Hamba Allah yang Ahli ibadah) dari kalangan Bani Israil yang mempunyai banyak keluarga. Suatu ketika ia dilanda krisis Ekonomi, sehingga kondisinya benar-benar kritis dan memprihatinkan. Lalu istrinya disuruh mencari sesuatu yang dapat buat makan keluarganya.

Si Wanita itu kemudian pergi mendatangi rumah seorang saudagar untuk mendapat suatu yang dapat dimakan keluarganya. Setelah ia mengutarakan maksud kedatangannya, saudagar yang kaya raya itu berkata kepadanya: “Baiklah, asal kau mau menyerahkan tubuhmu kepadaku.” Mendengar jawaban itu, wanita itu menjadi terpaku diam membisu, lalu memutuskan untuk kembali pulang ke Rumah.

Sesampainya di Rumah, anak-anaknya yang kelaparan merintih pedih, sambil memanggil-manggil: “Ibu, ibu kami sangat kelaparan, kami sudah hampir mati, karena tak kuat menahan rasa lapar, berilah kami apa saja yang bisa kami makan.” Mendengar rintihan dan tangisan anak-anaknya ayang begitu menyayat hari, sang ibu memutuskan untuk kembali kepada saudagar yang kaya raya itu dan menceritakan kondisi kekeritisan yang melanda keluarganya. “apakah anda bersedia memenuhi keinginanku?” Tanya saudagar.

Mulut wanita itu menjadi terkatup, seakan terkunci untuk mengatakan ya, namun dengan berat hati dan terpaksa dia menganggukkan kepalanya. Ketika saudagar itu hanya berdua dengannya, semua persendian wanita itu menjadi bergetar, seakan semua anggota tubuhnya mau terlepas dari tempatnya. Saudagar itu bertanya: “Ada Apa dengan anda ini? Mengapa tubuh anda gemetar?” “Sungguh aku takut kepada Allah” Jawabnya singkat.




Saudagar berkata: “Anda dengan kondisi yang demikian yang begitu kesulitan dan kefakiran yang amat kritis seperti ini, masih takut kepada Allah, semestinya aku yang seharusnya lebih takut kepada Allah dibandingkan dengan Anda.” Kemudian saudagar itu memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh wanita itu dan pergi meninggalkannya. Wanita itu lalu puland dengan membawa banyak makanan, dan bergembiralah mereka.

Kemudian Allah swt memberikan wahyu kepada nabi Musa as. : “Hai Musa, Katakanlah kepada si Fulan bin Fulan, seorang saudagar yang kaya itu, bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosanya.” Maka datanglah nabi Musa menemui saudagar itu dan berkata: “ Hai si Fulan, apa yang telah anda perbuat terhadap Tuhanmu, sehingga ia menurunkan wahyu agar aku menemuimu.”

Lalu saudagar itu bercerita kepada Nabi Musa mengenai kisah antara dirinya dengan wanita tersebut. Setelah saudagar selesai bercerita, Musa berkata: “ Sesungguhnya Allah swt telah benar-benar mengampuni dosa-dosa anda yang telah lalu.”
Diriwayatkan dalam sebuah hadis qudsi bahwa nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman: ‘Dua hal yang tidak aku kumpulkan pada seorang hamba, yaitu rasa takut dan rasa aman. Barangsiapa yang takut kepada-Ku di dunia maka Aku akan berikan rasa aman di Akhirat, dan barangsiapa yang merasa aman (dari azab-Ku) didunia, maka akan kuberikan rasa takut di akhirat.’ “

Allah swt berfirman : “ Maka janganlah kamu takut kepada manusia dan takutlah kepada-Ku.” (QS. Al-Maidah:44),. Dan firman-Nya dalam ayat yang lain: “Karna itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran:75)
Adalah Umar, suatau ketika ia jatuh pingsan, disaat dia mendengar alunan bacaan ayat Al-Quran, karena takut kepada Allah swt.

Pada suatu hari, ia juga pernah mengambil jerami, lalu berkata: “Alangkah baiknya, seandainya dulu aku menjadi suatu jerami, bukan yang disebut-sebut seperti yang sekarang ini. Dan alangkah baiknya jika ibuku tidak melahirkan aku.” Kemudian ia menangis sepuas-puasnya, hingga air matanya mengalir bagaikan dua aliran sungai yang membentuk garis hitam di pipinya.

Nabi saw bersabda: “ Tidak akan masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah, sehingga ada air susu yang kembali ketempat aslinya.”
Diterangkan didalam kitab Daqa’iqul akhbar, bahwa pada hari kiamat, akan didatangkan seorang hamba, setelah ditimbang amal perbuatannya, kejahatannya lebih berat daripada kebaikannya, maka ia diperintahkan untuk dibawa ke Neraka.

Sehelai bulu dari bulu matanya berbicara: “Ya Tuhanku, Rasul-Mu Muhammad saw pernah bersabda: ‘Barang siapa yang pernah menangis karna takut kepada Allah, Maka Allah mengharamkan matanya tersentuh api Neraka.’ Sesungguhnya mataku biasa menangis karna takut kpada Allah swt. “ Akhirnya Allah swt yang maha pengampun lagi maha penyayang mengampuni dosa-dosa hamba itu dan menyelamatkannya dari api Neraka, akibat pengaduan sehelai bulu mata karna biasa menangis karna takut kepada Allah swt, ketika masih di dunia.

Kemudian malaikat jibril mengumumkan bahwa telah selamat si Fulan bin Fulan dari neraka berkat sehelai bulu matanya yang menangis karena takut kepada Allah.

Di dalam kitab bidayatul hidayah, disebutkan bahwa, ketika hari kiamat tiba, maka neraka Jahannam didatangkan. Gemuruh suara dan nyala apinya amat menggertakan dan mengerikan. Saat itu, semua umat menjadi berlutut, karena tercekam kesedihan menghadapinya.
Allah berfirman: “Dan (Pada hari itu) kamu liat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk melihat buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jatsiyah:28).
Yakni semua umat pada hari itu merangkak dengan lututnya. Ketika penghuni neraka digiring menuju ke Neraka, kegeraman dan gemuruh nyala api neraka itu, terdengar oleh mereka dari jarak perjalanan sejauh lima ratus tahun.

Setiap orang termasuk para Nabi berkata Nafsi, Nafsi (Maksudnya mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing untuk mencari selamat) Kecuali Nabi yang istimewa Nabi Muhammad saw beliau akan berkata: “Ummati, Ummati” (Selamatkanlah ummatku, ummatku).

Kemudian keluarlah nyala api neraka jahannam itu bergulung-gulung laksana gunung-gunung. Tetapi umat Muhammad berusaha menangkis dan meghalangi sembarannya, seraya berkata: “wahai api, demi hak orang-orang khusu’ dan demi hak orang-orang yang berpuasa, kembalilah kamu.” Namun api itu tetap tidak memperdulikannya dan tidak mau kembali.

Ketika jibril mengumumkan bahwa api nereka menuju ke arah Muhammad saw, dia membawakan semangkok air, lalu rasullah segera meraihnya. Malaikat jibril berkata:” Hai Muhammad, ambilah air ini dan siramkanlah kepada api itu.”

Kemudian beliau menyiramkan air itu pada api yang menyembar-nyembar, sehingga api menjadi padam seketika. Nabi saw bertanya kepada Jibril: “ Wahai Jibril, air apakah ini” Ini adalah air mata-air mata dari ummatmu yang menangisi dosanya karna takut kepada Allah swt.

Seorang penyair berkata dalam bait syairnya: “Wahai kedua mataku, menagislah engkau karena dosa-dosaku, sementara umurku terus berserakan tanpa aku sadari.”

Disebutkan dalam sebuah hadis, Nabi saw bersabda: “Tidak seorangpun dari hamba Allah yang beriman yang kedua matanya mengeluarkan air mata mengenai permukaan wajahnya, sebesar kepala lalat, karena takut kepada Allah swt, maka dia tidak akan disentuh api neraka selama-lamanya.”
Diceritakan dari Muhammad bin Al-Mundzir, bahwa ketika dia menangis, dia mengusap-ngusapkan air matanya itu pada wajah dan jenggotnya, seraya berkata: “ Telah sampai suatu riwayat kepadaku bahwa api neraka tidak akan menyentuh tempat yang dilinangi air mata (Yang menetes karena takut kepada Allah).”




Oleh sebab itu, bagi orang mukmin seharusnya takut terhadap siksa Allah swt, dan mencegah dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsu. Allah berfirman: “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kepentingan Dunia, sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya.

Adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tingalnya.” (QS.AN-Nazi’at:37-41)

Barangsiapa yang ingin selamat dari siksa Allah swt dan memperoleh pahala serta rahmat-Nya, maka hendaklah ia bersabar atas segala penderitaan dan kesulitan hidup di Dunia, bersabar dalam mnjalanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.

Diterangkan di dalam kitab Zahrur Riyadh, bahwa Nabi saw bersabda: “Ketika ahli syurga, masuk ke syurga, para malaikat menjemput mereka dengan berbagai kebaikan dan kenikmatan. Mimbar-mimbar kehormatan disiapkan dan hamparan permadani digelar serta berbagai macam makanan dan buah-buahan dihidangkan.

Dengan penghormatan yang begitu mulia dan sajian kenikmatan dan makanan beraneka macam itu, mereka menjadi kebingungan. Dalam kondisi kebingunggannya itu, Allah swt berfirman: ‘Ini bukanlah tempat kebengongan dan kebingungan.’ Lalu mereka menjawab: ‘ Sesungguhnya kami mempunyai perjanjian dan sekarang benar-benar telah tiba saatnya.’

Kemudian Allah swt berfirman kepada malaikat: ‘ Angkat dan singkap tabir-tabir yang menutup wajah itu.’ Para malaikat berkata: ‘Ya tuhan kami, mengapa Engkau persilahkan mereka untuk melihat Mu? Padahal mereka adalah orang-orang yang durhaka.’ Allah swt kembali berfirman: ‘Angkatlah tabir itu karena mereka adalah golongan orang-orang yang biasa berzikir, bersujut dan menangis karena mengharapkan bertemu dengan-Ku ketika di Dunia.’

Lalu diangkatlah tabir-tabir itu, sehingga mereka bisa langsung melihat Allah swt dan seketika mereka bersujud kepada-Nya. Maka Allah swt berfirman: ‘Angkatlah kepala-kepala kalian, karena disini bukanlah tempat beramal, tetapi tempat kemuliaan.’ “

Allah swt terlihat oleh mereka tana bisa digambarkan bagaimana dan bagaimana, Dengan penuh keramahan Allah swt memberikan penghormatan dan penyambutan: “ selamat bagi anda wahai hamba-hamba-Ku, Aku benar-benar telah ridha kepada Anda, lalu pakah Anda juga ridha kepada-Ku?” “Mengapa kami tidak Ridha wahai tuhan Kami? Engkau telah memberi suatu kenikmatan kepada kami yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar telinga, dan tak pernah terlintas di hati seorang manusia pun.

Lanjut membaca ke Bab 3 Antara Sabar dan sakit Kitab Mukaasyafatul Qulub

Demikian itu, antara lain maksud firman Allah swt: “Allah ridha terhadap mereka, dan mereka Ridah kepada-Nya.”(QS. Al-Bayyinah:8) Allah berfirman: “Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS.Yaa Siin:59)