Thursday, August 3, 2017

Pembaca Al-Quran yang Dikutuk Al-Quran

Pembaca Al-Quran yang Dikutuk Al-Quran

Pembaca Alquran yang Dikutuk Al-Quran merupakan pasal ke 18 pasal dari 71 pasal ceramah Jalaludin Rumi dalam buku Fihi Ma Fihi. Semoga Bermanfaat.

Ibn Muqri membaca Al-Quran dengan bacaan yang benar. Ia membaca bentuk Al-quran dengan benar, tapi tidak memiliki pengetahuan tentang makna. Terbukti ketika ia sampai pada makna, ia menolaknya.

Ia membaca tanpa pengetahuan. Ia seperti orang yang memegang bulu berang-berang. Saat orang lain menawarakan bulu yang lebih baik daripada miliknya, ia menolaknya.

Kita yakin, bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang berang-berang. Ketika seseorang memberikan sesuatu yang bukan berang-berang, dan berkata "Ini sungguh berang-berang." Ia segera mengambilnya karena tidak tahu.

Atau seperti seorang anak yang bermain dengan buah kenari. Ketika diberi sari kenari atau minyak kenari, anak itu menolaknya dan berkata, "Kenari itu yang bisa mengeluarkan bunyi, sementara yang kau berikan tidak bisa mengeluarkan bunyi."



Gudang harta karun Tuhan sangat banyak. Ilmu Allah sangat banyak. Jika seorang membaca Al-Quran dengan ilmu, kenapa mesti menolak Al-Quran lainnya?.

Aku Tegaskan kepada para pembaca Al-Quran bahwa Al-Quran mengatakan, Katakanlah : sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan sebanyak itu pula (QS. Al-Kahfi [18] : 109)

Mungkin seseorang mampu menuliskan seluruh isi mushaf Al-Quran dengan lima puluh botol tinta. Al-Quran hanya simbol yang melambangkan ilmu Allah. Namun seluruh ilmu Allah bukan sekedar yang tertera pada mushaf Al-Quran.

Jika seorang apoteker meletakkan sejumput obat di selembar kertas, akankan kau begitu tolol akan mengatakan seluruh isi toko obat berada pada kerta situ?!

Pada zaman, Musa, Isa dan Nabi lainnya, Al-Quran telah hadir, kalam Allah telah ada meskipun tidak dalam bahasa arab.

Aku sudah menegaskan hal ini kepada para pembaca Al-Quran, tetapi kulihat hal itu tidak berpengaruh pada mereka. Maka kutinggalkan mereka.

Pada zaman Nabi diceritakan bahwa siapapun sahabat yang hafal satu atau setengah surah Al-Quran, mereka akan dipandang mulia.

Orang-orang akan menyanjungnya, "Ia sungguh hafal satu surah." Mereka dianggap mulia, karena mereka telah memahami Al-Quran yang mereka hafal.

Makan sepotong atau dua potong roti adalah hal besar. Tapi orang yang sekedar meletakkannya roti di mulut mereka, tidak menggunyahnya dan kemudian memuntahkannya lagi, bisa menghabiskan ribuan ton roti dengan cara seperti itu.

Karena itulah ada ungkapan yang mengatakan, "Banyak sekali orang yang mebaca Al-Quran, tapi dikutuk Al-Quran."

Bacaan Terkait: 
  1. Pandangan Rumi tentang Takdir dan Ikhtiar 
  2. Kumpulan Puisi jalaludin Rumi

Ungkapan ini bertutur tentang orang yang tidak mau memahami makna Al-Quran, meski orang yang sekedar membacanya telah melakukan kebaikan.






Allah menutup mata sekelompok orang dengan ketidakpedulian sehingga mereka meramaikan dunia ini. Sekiranya tidak ada sebagian mereka yang tidak peduli akan alam sana, tentu dunia ini tidak akan ramai. Ketidakpedulian itulah yang mendorong manusia untuk meramaikan dan membangun dunia ini.

Sekarang, perhatikanlah keadaan anak kecil. Anak-anak tumbuh besar dengan ketidakpedulian. Setelah akalnya mencapai kematangan, pertumbuhan tubuhnya terhenti.

Begitu pula, yang mendrong pembangunan dan kemakmuran adalah ketidakpedulian, dan penyebab kerusakan dan kehancurannya adalah keterjagaan dan kesadaran.

Pernyataanku ini didasari salah satu dari dua kemungkinan ini : Aku mengatakannya karena dengki atau aku mengatakannya karena sayang. Aku berlindung kepada Allah dari kemungkinan mengatakannya karena dengki.

Mendengki orang yang layak didengki saja tidak pantas dilakukan, apalagi mendengki orang yang tidak layak didengki?!

Tidak! Aku mengungkapkan semua itu karena sayang dan kasihku yang besar, dengan harapan bisa membawa sahabatku yang mulia kepada hakikat.

Bersambung... Ke bagian Dua
Ceramah Jalaludin rumi tentang Banyak Pembaca Al-Quran yang Dikutuk A-Quran akan berlanjut kebagian dua, silahkan dibaca melalui link diatas. Terimakasih