Thursday, November 19, 2015

KUMPULAN PUISI RUMI

KEMBALI KEPADA TUHAN

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.Begitulah caranya!

Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya!Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
kerana Tuhan, dengan rahmatNya
akan tetap menerima mata wang palsumu!

Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.Begitulah caranya!


Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayuhlah datang, dan datanglah lagi!
Kerana Tuhan telah berfirman:
Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu, kerana Akulah jalan itu ~ Rumi .




JOURNEY HOME

It is time to start the journey, we have seen enough of this world, it is time to see another
These two gardens may be beautiful, but let us pass beyond them and go to the gardener.
Let us kiss the ground and flow like a river towards the ocean.
Let us go from this valley of tears.
Let us bring the color of blossom to our pale faces.
Our hearts shiver like autumn leaves about to fall.
In this world of dust, there is no avoiding pain or feeling exiled.
Let us become like beautifully colored birds and fly to the sweet land of paradise.
Everything is painted with the brush of the invisible one, let us follow the hidden signs and find the painter.
It is best to travel with companions, on this perilous journey.
We are like rain splashing on a road, let us find our way down the spout.
We are like an arched bow with the arrow in place, let us become straight and release the arrow towards the target.
Let us begin the journey home. ~ Rumi 


AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU

Apa yang dapat aku lakukan, wahai umat Muslim?
Aku tidak mengetahui diriku sendiri.

Aku bukan Kristen, bukan Yahudi,
bukan Majusi, bukan Islam.
Bukan dari Timur, maupun Barat.
Bukan dari darat, maupun laut.
Bukan dari Sumber Alam,
Bukan dari surga yang berputar,
Bukan dari bumi, air, udara, maupun api;

Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk;
Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen;
Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan;
Bukan dari dunia kini atau akan datang:
surga atau neraka;
Bukan dari Adam, Hawa,
taman Surgawi atau Firdaus;

Tempatku tidak bertempat,
jejakku tidak berjejak.

Baik raga maupun jiwaku: semuanya
adalah kehidupan Kekasihku …~ Rumi 

LIHATLAH YANG TERDALAM

Jangan kau seperti iblis,
Hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam.
Lihatlah di balik lumpur,
Beratus-ratus ribu taman yang indah! ~ Rumi 
CINTA

“Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan,
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya, 
Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. 
Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi. 
Dia adalah orang yang Saya cintai, dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.
Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. 
Dia adalah dia dan dia dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika
kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.


KEKASIH 

Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih dan mengetuk. 
Ada suara bertanya, “Siapa di sana?” Dia menjawab, “Ini Aku.” 
Sang suara berkata, “Tak ada ruang untuk Aku dan Kamu.” 
Pintu tetap tertutup Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali dan mengetuk lagi. 
Suara dari dalam bertanya, “Siapa di sana?” Dia berkata, “Inilah Engkau.” 
Maka, sang pintu pun terbuka untuknya. 


Saatnya Untuk Pulang 

Malam larut, malam memulai hujan
inilah saatnya untuk kembali pulang. 
Kita sudah cukup jauh mengembara menjelajah rumah-rumah kosong. 
Aku tahu: teramat menggoda untuk tinggal saja dan bertemu orang-orang baru ini. 
Aku tahu: bahkan lebih pantas untuk menuntaskan malam di sini bersama mereka,
tapi aku hanya ingin kembali pulang. 
Sudah kita lihat cukup destinasi indah dengan isyarat dalam ucap mereka Inilah Rumah Tuhan. Melihat butir padi seperti perangai semut, tanpa ingin memanennya. 
Biar tinggalkan saja sapi menggembala sendiri dan kita pergi ke sana: ke tempat semua orang sungguh menuju ke sana: ke tempat kita leluasa melangkah telanjang.  


‘Mati’ sebelum Engkau Mati 
Tafsiran Muutu Qabla anta Muutu : Rumi (’Mati’ sebelum Engkau Mati) 

Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai’
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau ‘Mati’ 
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga 
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap 
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu Sebelum kau letakan “mann” terakhir… 
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing Akan menjadi matahari di Lazuardi 
Karena kau belum ‘Mati’, Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu Lalu ‘Hancurkan’lah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu…

Wahai mereka yang memiliki ketulusan… 
Jika ingin terbuka ‘tirai’ Pilihlah ‘Kematian’ dan sobekkan ‘tirai’
Bukanlah karena ‘Kematian’ itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena ‘Kematian’ adalah Perubahan Untuk masuk ke dalam Cahaya… 
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar 
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa…


“Kisah Keajaiban Cinta” 

Kamu pipa air yang kering dan aku hujannya
kamu kota yang hancur dan aku arsiteknya
tanpa khidmat padaku sang mentari suka cita
kamu takkan pernah mencicipi bahagia. 
(Jalaluddin Rumi) (28-3-2007; 07:30:05) 

Apa Yang mesti Ku lakukan 
Apa yang mesti kulakukan, O Muslim? 
Aku tak mengenal diriku sendiri 
Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Gabar, bukan Muslim 
Aku bukan dari Timur, bukan dari Barat, bukan dari darat, bukan dari laut, 
Aku bukan dari alam, bukan dari langit berputar, 
Aku bukan dari tanah, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api, 
Aku bukan dari cahaya, bukan dari debu, bukan dari wujud dan bukan dari hal 

Aku bukan dari India, bukan dari Cina, bukan dari Bulgaria, bukan dari Saqsin, 
Aku bukan dari Kerajaan Iraq, bukan dari negeri Korazan. 
Aku bukan dari dunia ini ataupun dari akhirat, bukan dari Syurga ataupun Neraka 

Aku bukan dari Adam, bukan dari Hawa, bukan dari Firdaus bukan dari Rizwan 
Tempatku adalah Tanpa tempat, 
jejakku adalah tak berjejak Ini bukan raga dan jiwa, sebab aku milik jiwa Kekasih 
Telah ku buang anggapan ganda, kulihat dua dunia ini esa Esa yang kucari, Esa yang kutahu, 
Esa yang kulihat, Esa yang ku panggil Ia yang pertama, Ia yang terakhir, Ia yang lahir, Ia yang bathin Tidak ada yang kuketahui kecuali :Ya Hu” dan “Ya man Hu” 
Aku mabuk oleh piala Cinta, dua dunia lewat tanpa kutahu 
Aku tak berbuat apa pun kecuali mabuk gila-gilaan 
Kalau sekali saja aku seminit tanpa kau, Saat itu aku pasti menyesali hidupku 
Jika sekali di dunia ini aku pernah sejenak senyum, Aku akan merambah dua dunia, aku akan menari jaya sepanjang masa. 

O Syamsi Tabrizi, aku begitu mabok di dunia ini, 
Tak ada yang bisa kukisahkan lagi, kecuali tentang mabuk dan gila-gilaan.  


Nubuwah Cinta

Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan, 
Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang, 
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. 

Kenapa aku mesti takut? 
Maut tak menyebabkanku berkurang! 
Namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia, 
Dan melambung bersama malaikat; 
dan bahkan setelah menjelma malaikat aku harus mati lagi; 
segalanya kecuali Tuhan, akan lenyap sama sekali. 
Apabila telah kukorbankan jiwa malaikat ini, 
Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami. 

O,..biarlah diriku tak ada! 
sebab ketiadaan menyanyikan nada-nada suci, 
“KepadaNya kita akan kembali.”  

Terang Benderang 
Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan 
Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta 
Setiap orang yang jauh dari sumbernya Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula 

Kuingin dadaku terbelah oleh perpisahan 
Agar bisa kuungkapkan derita kerinduan cinta 
Setiap orang yang jauh dari sumbernya Ingin kembali bersatu dengannya seperti semula. 

Mencinta adalah mencapai Tuhan 
Takkan pernah lagi dada seorang Pencinta merasakan kesedihan 
Takkan pernah lagi jubah seorang Pencinta tersentuh kematian 
Takkan pernah lagi jazad seorang Pencinta ditemukan terkubur di tanah 

Mencinta adalah mencapai Tuhan 
jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. 
karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku. 

Kenapa aku harus mencari? 
Aku sama dengannya Jiwanya berbicara kepadaku 
Yang kucari adalah diriku sendiri! “Wahai kegilaan yang membuai, Kasih ! 
Engkau Tabib semua penyakit kami ! 
Engkau penyembuh harga diri, 
Engkau Plato dan Galen kami ! 

Aku adalah kehidupan dari yang kucintai 
Apa yang dapat kulakukan hai orang-orang Muslim ? 
Aku sendiri tidak tahu. 
Aku bukan orang kristen, bukan orang Yahudi, bukan orang Magi, bukan orang Mosul, 
Bukan dari Timur, bukan dari barat, bukan dari darat, bukan dari laut, 
Bukan dari tambang Alama, bukan dari langit yang melingkar, 
Bukan dari bumi, bukan dari air, bukan dari udara, bukan dari api, 
Bukan dari singgasana, bukan dari tanah, dari eksistensi, dari ada, 

Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqsee, 
Bukan dari kerajaan-kerajaan Irak dan Kurasan, 
Bukan dari dunia ini atau yang berikutnya; dari syurga atau neraka, 
Bukan dari Adam, Hawa, taman-taman syurgawi, atau firdausi, 

Tempatku tanpa tempat, jejakku tanpa jejak, 
Bukan raga atau jiwa; semua adalah kehidupan dari yang kucintai. 
Lewat Cintalah semua yang pahit akan jadi manis, 
Lewat cintalah semua yang tembaga akan jadi emas, 
Lewat cintalah semua endapan akan jadi anggur murni, 
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat, 
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup, Lewat cintalah Raja jadi budak.