Monday, March 12, 2018

Selubung-Selubung Tuhan, Pasal 9 Kitab Fihi Ma Fihi


Kami berkata. "Ada seseorang yang ingin sekali melihatmu. Ia terus berkata, 'Aku berharap bisa melihat maulana.' "
Maulana berkata, orang itu tidak akan melihat Maulana secara hakiki pada momen ini. Sebab, keinginan yang menguasainya--Keinginan kuat bertemu Maulana--menjadi hijab yang menyelubungi Maulana. Ia takkan melihat maulana tanpa selubung.

Setiap keinginan kuat, kecendrungan, cinta dan kasih sayang yang bersemayam dalam diri manusia terhadap segala sesuatu, Ayah, Ibu, kekasih, langit, bumi, taman-taman, istana, ilmu, kerajaan, makanan, minuman, merupakan bentuk cinta dan keinginan yang kuat kepada Tuhan.

Dan semua itu adalah Hijab, Selubung, aling-aling. Ketika manusia telah keluar dari alam ini dan melihat Sang Raja Diraja tanpa aling-aling, ia akan tahu bahwa segala bentuk keinginan kuat, kecendrungan, cinta dan kasih sayang itu hanyalah penghalang dan penutup.

Yang mereka tuju sebenarnya adalah Dia yang Maha Esa. Pada saat itulah segala masalah terurai. Mereka menemukan jawaban untuk semua pertanyaan dan masalah yang di hati mereka. Mereka dapat melihat segala sesuatu secara jelas.

Mungkin anda juga tertarik membaca:
  1. Tamu-tamu Cinta, Pasal 42
  2. Aku Yang Tertawa Ketika Membunuh, Pasal 30
  3. Kalau Bukan Karena Engkau, Takkan kuciptakan Semesta, Pasal 25

Jawaban Allah untuk setiap masalah tidak diberikan satu persatu sesuai masalahnya, tetapi satu jawaban cukup menjawab semua pertanyaan dan mengurai semua masalah.


Seperti yang terjadi pada musim dingin saat setiap orang meringkuk membungkus diri dengan pakaian tebal dan mengenakan jaket kulit di gua yang nyaman untuk mendapatkan perlindungan dari dingin yang menusuk.

Atau seperti pepohonan, rerumputan, dan sebagainya yang tegak tanpa daun-daun serta buah-buahnya sebab cuaca dingin yang menggigit dan menyimpan nutrisi dalam dirinya agar tak terjamah oleh efek merusak cuaca dingin itu.

Pada musim semi, semua pertanyaan akan terjawab. Dan dengan sekali manifestasi, semua persoalan--kemunculan kembali, awal pertumbuhan, dan kematian--terurai sekaligus.

Penyebab-penyebab sekunder akan lenyap. Mereka akan mengangkat kepala dan mengetahui penyebab terjadinya kesengsaraan tersebut.

Tuhan menciptakan hijab-hijab itu untuk tujuan baik. Jika keindahan Tuhan ditampakkan tanpa hijab, kita takkan sanggup menanggung pesonanya, tak bisa menikmati daya pikatnya. Sebab hijab itulah kita mendapatkan kebaikan dan manfaat.

Kaulihat matahari yang sangat jauh itu. Kita berjalan di bawah pancaran terang sinarnya. Karenanya kita melihat dan samkan tubuh dengan kehangatan sinarnya. Pohon-pohon dan kebun-kebun berbuah. Buah-buahan yang mulanya hijau, asam dan pahit menjadi matang dan Manis.

Karena efek sinar matahari, terproduksilah tambang-tambang emas, perak dan batu mulia (akik dan rubi) . Matahari menebar begitu banyak manfaat. Andai jaraknya didekatkan, ia takkan memberi manfaat apapun. Justru alam dan seluruh makhluk akan terbakar, binasa tak tersisa apa-apa.

Saat tuhan menampakkan diri dengan selubung kepada gunung, gunung itu berubah dipenuhi pepohonan, bunga-bunga, hijauan-hijauan. Saat Dia menampkkan diri tanpa selubung, gunung itu hancur lebur.

Ketika Tuhannya menampakkan diri kepada gunung, gunung itu hancur berkeping-keping (QS. Al-A'raf: 143)

Kemudian seorang menyela, "Tetapi pada musim dingin pun matahari tetap ada."

Maulana menjawab, tujuan kita adalah membuat ilustrasi. Tidak ada unta di sini, tidak pula anakan domba. Kesamaan adalah satu hal, ilustrasi adalah hal lain. Meski akal kita tidak mampu memahami kenyataan itu, seperti apapun usahanya, tapi bagaimana bisa akal dibiarkan meninggalkan upaya?

Saat akal meninggalkan upaya, ia bukan lagi akal.

Akal adalah entitas yang senantiasa bergerak, tak pernah diam, siang dan malam, untuk berpikir keras dan bersungguh-sungguh mamahami Tuhan secara menyeluruh, meski Tuhan takkan pernah bisa dipahami secara demikian.

Akal ibarat Laron dan Sang Kekasih ibarat api lilin. Laron akan terbakar dan mati jika mendekatkan dirinya ke api lilin. Karakter Laron adalah meski ia akan terbakar dan menanggung deritanya, ia tak bisa menjauhkan diri dari api lilin.

Jika ada spesies jenis Laron yang tak bisa menjauhkan diri dari lilin dan ia meleburkan dirinya ke api lilin itu, saat itulah ia menjadi lilin. Jika Laron mendekatkan dirinya ke api lilin dan tak terbakar, ia takkan menjadi lilin.

Begitulah... Yang merasa nyaman jauh dari Tuhan dan tak mau bersungguh-sungguh untuk ke hadirat-Nya, ia bukan manusia. Saat ia memahami Tuhan, yang ia pahami bukanlah Tuhan yang sesungguhnya.

Begitulah... Manusia sejati adalah yang tak berhenti berfikir. Senantiasa mengelilingi cahaya keagungan Tuhan. Terus menerus tak pernah diam.Dan Tuhan adalah Dia yang membakar manusia membuatnya tiada. Dia Takkan pernah dijangku akal.


EmoticonEmoticon